Balikpapan – Sebagai bagian dari komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan, Perusahaan Umum Daerah Tirta Manuntung atau PTMB Balikpapqn, meluncurkan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) dengan fokus pada penanaman pohon mangrove. Langkah ini sekaligus menjadi bentuk aksi nyata dalam menjaga keseimbangan ekosistem serta mempertahankan kapasitas sumber daya air yang semakin tertekan oleh laju pembangunan.
Direktur Utama PTMB Balikpapan, Yudhi Saharuddin menyampaikan bahwa program TJSL ini berlandaskan pada Peraturan Daerah yang mengamanatkan tiga aspek utama: karitatif, filantropi, dan perdamaian sosial. Namun, bagi perusahaan yang memanfaatkan sumber daya alam, terdapat kewajiban khusus untuk berkontribusi di bidang pelestarian lingkungan.
“Alhamdulillah, kami mendapat ajakan dari Mbak Ai dari Enable Project untuk lebih memperhatikan isu lingkungan. Maka dari itu, kami memulai program ini dengan penanaman mangrove. Ini bentuk nyata kami menjaga ekosistem—tidak hanya memanfaatkan airnya, tapi juga menyeimbangkan lingkungannya,” jelasnya.
Penanaman mangrove menjadi langkah awal. Ke depannya, perusahaan berencana memperluas kegiatan penghijauan ke wilayah Waduk Manggar dan sekitarnya. Data menunjukkan bahwa kapasitas tampung Waduk Manggar mengalami penurunan signifikan dari 16 juta meter kubik menjadi hanya 14 juta, akibat sedimentasi dan masifnya pembangunan. Hal ini berdampak pada kapasitas pengambilan air yang kini hanya mencapai 1.100 liter per detik, dari sebelumnya 1.200.
“Kalau kita kelola dengan baik—dengan menanam pohon, mengurangi sedimentasi, dan menjaga inflow-outflow Waduk—kita bisa menambah kapasitas layanan air untuk masyarakat,” lanjutnya.
Menurut standar nasional, 1 liter air per detik dapat melayani sekitar 80 sambungan rumah (SR), bahkan hingga 100 SR jika angka kebocoran air atau Non-Revenue Water (NRW) bisa ditekan. Tahun 2024 ini, perusahaan berhasil menurunkan angka NRW dari 30% menjadi 26%, berdasarkan hasil evaluasi kinerja oleh BPKP.
“Ini jadi peluang besar bagi kami untuk memperluas layanan ke wilayah yang sudah memiliki pipa induk. Kuncinya adalah menjaga ekosistem dan efisiensi distribusi air.”
Langkah ini sekaligus menjadi refleksi atas pentingnya sinergi antara pembangunan, pelayanan publik, dan pelestarian lingkungan dalam mewujudkan kota yang berkelanjutan.